Skip to main content

[ Penelitian Kualitatif ] : Studi Kasus


Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang dikenalkan oleh John Creswell (Raco 2010). Jelasnya, studi kasus merupakan suatu hasil eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus. Dengan demikian, penelitian dengan metode ini bermaksud hendak mendalami suatu kasus tertentu secara keseluruhan dengan melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi agar dapat ditentukan kekhususannya.
Kasus yang dipelajari dalam penelitian dengan pendekatan studi kasus dapat berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu, serta dibatasi waktu dan tempat (Rahmat 2009). Untuk selanjutnya, penelitian inni diharapkan dapat membantu pribadi, masyarakat, komunitas, atau bahkan negara untuk memahami dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi.
Studi kasus dapat berbentuk eksploratif, deskriptif, dan eksplanatori. Studi kasus eksploratif biasanya bertujuan untuk menentukan hipotesis dengan terlebih dahulu mencari tahu secara mendalam tentang suatu kasus. Sedangkan studi kasus yang berbentuk deskriptif lebih fokus ppada penggambaran suatu gejala, fakta, atau realita. Berbeda dengan eksploratif dan deskriptif, eksplanatori lebih menekankan pencarian keterangan-keterangan sehingga dapat mengerti hubungan sebab-akibat dari suatu kasus yang diteliti.

Contoh dan Prosedur Studi Kasus
Satu contoh misal, peneliti ingin mempelajari secara khusus seorang guru yang selalu melibatkan hukuman fisik saat peserta didik tidak bersikap sebagaimana mestinya. Terhadap kasus tersebut, tentu peneliti harus mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu bersikap demikian dan bagaimana tingkah laku dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Untuk mengungkap persoalan guru yang selalu melibatkan hukuman fisik saat peserta didik tidak bersikap sebagaimana mestinya tersebut, peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti rekan kerjanya, guru, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan lain-lain bergantung kepada kasus yang dipelajari. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulan kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. (Direktorat Tenaga Kependidikan 2008)
Kelemahan Penelitian Studi Kasus
Sebagaimana metode kualitatif lainnya, metode ini juga mendapat banyak kritik berkaitan dengan masalah generalisasi, bias, keabsahan, reliabilitas dan obejektivitas. Masalah generalisasi berkaitan dengan penggunaan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut pada kasus lain sejenis. Artinya, analisis tersebut hanya berlaku pada individu yang bersangkutan dan belum tentu bisa digunakan di kasus yang sama pada individu lain. Peranan si peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data melalui teknik interpretasi yang bersifat subjektif memberikan pengaruh sangat besar terhadap masalah objektivitas. Namun demikian, pendekatan studi kasus sangat tepat dilakukan apabila peneliti ingin mempelajari suatu kasus secara menyeluruh dan mendalam.


Daftar Pustaka

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. "Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan."
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Rahmat, Pupu Saeful. 2009. "Penelitian Kualitatif." Equilibrium 5: 1-9.



Comments

Popular posts from this blog

[ Penelitian Kualitatif ] : Grounded Theory

Menurut Corbin dan Strauss (Creswell 2015) , “jika riset naratif berfokus pada cerita individual yang dituturkan oleh para partisipan, dan fenomenologi menekankan pengalaman yang sama pada sejumlah individu, tujuan dari studi grounded theory adalah untuk bergerak ke luar dari deskripsi dan untuk memunculkan atau menemukan teori”.  Secara ringkas, grounded-theory merupakan salah satu “metode kualitatif yang bertujuan menemukan teori baru” (Raco 2010) . Akan tetapi, dalam pengembangan teori didasarkan pada data empiris (data hasil penelitian terhadap para partisipan), tidak hanya teori secara deduktif logis (Muhadjir dalam Pastowo 2012). Kajian dengan pendekatan grounded theory bertujuan untuk memunculkan teori (lengkap dengan diagram dan hipotesis) tentang aksi, interaksi, atau proses dengan saling menghubungkan kategori informasi berdasarkan pada data yang dikumpulkan dari individu. Karakteristik Kajian dengan Pendekatan Grounded Theory Menurut beberapa peneliti (Prastowo 20

[ Penelitian Kualitatif ] : Penelitian Tindakan Kelas

Saat ini, perbaikan kualitas dan pengembangan praktik di bidang pendidikan menjadi fokus perhatian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kurikulum dan regulasi terus dikaji dan diperbaiki guna mewujudkan cita-cita/tujuan pendidikan secara evektif dan efisien. Banyak upaya yang telah dilakukan seperti mengimplementasikan kurikulum yang berusaha memenuhi tuntutan kemajuan di masa depan, meningkatkan profesionalisme guru, dan merancang pembelajaran dengan iklim yang kreatif dan inovatif. Salah satu upaya yang tidak ketinggalan untuk diimplementasikan adalah pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk pengampilan kebijakan pendidikan, serta yang lebih mikro adalah untuk perbaikan pembelajaran. Hal ini dikemukakan oleh Dantes (2012) , yang kemudian mengenalkan pendekatan RDD ( Research à Development à Dissemination ) yang biasa digunakan dalam penelitian untuk kepentingan pendidikan. Akan tetapi, selanjutnya Dantes memberikan penyadaran bahwa penelitian tidak begitu saja dapat secara l