Menurut Corbin dan Strauss (Creswell 2015) , “jika riset naratif berfokus pada
cerita individual yang dituturkan oleh para partisipan, dan fenomenologi
menekankan pengalaman yang sama pada sejumlah individu, tujuan dari studi
grounded theory adalah untuk bergerak ke luar dari deskripsi dan untuk
memunculkan atau menemukan teori”. Secara
ringkas, grounded-theory merupakan salah satu “metode kualitatif yang bertujuan
menemukan teori baru” (Raco 2010) .
Akan tetapi, dalam pengembangan teori didasarkan pada data empiris (data hasil
penelitian terhadap para partisipan), tidak hanya teori secara deduktif logis
(Muhadjir dalam Pastowo 2012). Kajian dengan pendekatan grounded theory bertujuan untuk memunculkan teori (lengkap dengan
diagram dan hipotesis) tentang aksi, interaksi, atau proses dengan saling
menghubungkan kategori informasi berdasarkan pada data yang dikumpulkan dari
individu.
Karakteristik Kajian
dengan Pendekatan Grounded Theory
Menurut beberapa peneliti (Prastowo 2012) , terdapat lima macam ciri khas metode grounded research:
1.
Menggunakan
data sebagai sumber teori
2.
Peranan
data dalam penelitian ini lebih ditonjolkan
3. Pemilihan
sampel mengarah ke pemilihan kelompok atau sub kelompok yang akan memperkaya
penemuan ciri-ciri utama
4.
Pengumpulan
data dan Analisa data berjalan pada waktu yang bersamaan
5. Hubungan
phrase teori dan phrase tesis terletak pada isiannya data secara penuh pada tesus
substantive.
Prosedur Pelaksanaan
Riset Grounded Theory
Berdasarkan Creswell (2015) , langkah-langkah
menerapkan riset grounded theory
adalah sebagai berikut.
1. Peneliti
perlu menentukan apakah grounded theory
paling cocok untuk mempelajari problem risetnya. Desain penelitian ini “baik
digunakan ketika tidak didapatkan teori untuk menjelaskan atau memahami
proses”.
2. Data
dikumpulkan dari mewawancarai 20 hingga 60 partisipan, dibarengi dengan pengumpulan
data dari pengamatan, dokumen, dan bahan audiovisual agar tidak menjemukan
partisipan. Pertanyaan yang diajukan kepada para partisipan “diarahkan untuk
memahami bagaimana individu mengalami proses tertentu dan mengidentifikasi
tahap dalam proses tersebut”. Selanjutnya, peneliti dapat beralih pada
pertanyaan yang lebih detail – yang akan membantuk membentuk tahap coding
aksial. Pertanyaan tersebut seperti: Apakah yang pokok pada proses tersebut
(fenomena inti)? Apakah yang memengaruhi atau menyebabkan fenomena ini terjadi
(kausal)? Apa saja kah strategi yang digunakan selama proses tersebut
(strategi)? Apa efek yang terjadi (konsekuensi)?
3.
Analisis
data berlangsung secara bertahap
Dalam melaksanakan studi grounded theory, peneliti harus menyingkirkan
gagasan yang bersifat teoritis, agar teori substantif analitis dapat
dirumuskan. Peneliti perlu menyadari bahwa hasil utama dari studi ini adalah
teori dengan komponen yang spesifik, yang terdiri dari fenomena sentral,
kondisi kausal, strategi, kondisi dan konteks, dan konsekuensi. Terkadang,
peneliti akan menemui kesulitan dalam mengembangkan teori, apakah kategori yang
dijelaskan sudah terlalu jemu atau kapan teorinya dapat terperinci. Untuk
mengatasi masalah tersebut, peneliti bisa menggunakan sampling diskriminan
(pengumpulan informasi tambahan dari individu yang bukan dari kelompok
masyarakat yang sebelumnya telah diwawancarai untuk menentukan apakah teori
tersebut tetap benar untuk para partisipan tambahan ini. Dengan demikian,
pelaksanaan studi grounded theory
menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti.
Daftar Pustaka
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain
Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam
Perpektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: jenis,
Karakteristik, dan Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Comments
Post a Comment